Monday, April 23, 2012

GAGALKAH HISTORIOGRAFI INDONESIASENTRIS?

GAGALKAH HISTORIOGRAFI INDONESIASENTRIS?


Gagalkah?
Setelah membaca buku Gagalnya Historiografi Indonesiasentris?! karya Bambang Purwanto, saya begitu terkejut sekaligus terkagum pada buku ini. Saya terkejut ketika pertama kali membaca judul buku ini, menurut saya judul buku ini sangat berani karena saya pikir perjalanan historiografi Indonesia sudah berjalan cukup lama setidaknya dimulai sejak kemerdekaan bangsa Indonesia pada tahun 1945.

Perjalanan yang panjang itu ternyata masih mengalami kecacatan paling tidak buku ini berani mengemukakan kecacatan itu. Disamping itu hal yang mengejutkan lagi adalah dalam karya ini disinggung karya-karya sejarah lainnya yang digunakan sebagai contoh penulisan sejarah yang “cacat”  termasuk karya guru-guru dari Bambang Purwanto sendiri, sangat mengejutkan.

Buku ini tidak hanya membuat saya terkejut tetapi juga membuat saya terkagum. Hal yang membuat saya terkagum adalah karya ini tidak sekedar mengkritik historiografi Indonesia tetapi juga sekaligus menawarkan sebuah historiografi yang benar-benar Indonesia sentris.

Sebuah kritik yang membangun ini perlu diperhatikan oleh para sejarawan demi perbaikan dalam penulisan sejarah. Saya akan coba mengulas sedikit buku ini, saya akan membaginya kedalam tiga bagian, yaitu: definisi historiografi Indonesiasentris, letak kegagalan historiografi Indonesiasentris, dan jalan baru historiografi Indonesiasentris. Berikut ulasannya

A. Definisi historiografi Indonesiasentris

Bung Karno
Apa sebenarnya definisi dari historiografi Indonesiasentris? Historiografi Indonesiasentris adalah penulisan sejarah yang bersudut pandang Indonesia mudahnya karya sejarah yang ditulis oleh bangsa Indonesia sendiri dengan sudut pandang bangsa Indonesia sendiri. Historiografi Indonesiasentris merupakan antithesis dari historiografi kolonialsentris.

Artinya historiografi Indonesiasentris seharusnya menulis apa yang tidak ditulis dalam historiografi kolonialsentris. Rakyat Indonesia sebagai pelaku sejarahlah yang tidak pernah ditulis dalam historiografi kolonialsentris. Jadi, sudah seharusnya sejarawan Indonesia menulis sejarah mereka yang dipinggirkan dalam historiografi kolonialsentris. Sehingga dapat diartikan bahwa penulisan sejarah yang mengusung Indonesiasentris tetapi masih belum menyajikan hal yang dipinggirkan sebenarnya tidak berbeda dari historiografi kolonialsentris.

Historiografi Indonesiasentris selain memiliki tanggung jawab dalam menulis hal yang “dipinggirkan” dalam historiografi kolonialsentris juga harus kritis dalam melakukan penulisan sejarah Indonesia. Selama ini historiografi Indonesiasentris dapat dikatakan sering mengabaikan sikap kritis dalam penbuatannya.

Pada periode awal penulisan sejarah Indonesiasentris, para sejarawan menulis sejarah bangsa Indonesia dengan egosentrisme yang sangat tinggi dan semuanya berujung kepada ultranasionalisme bahkan karya-karya sejarah yang dibalut ultranasionalisme masih terus diproduksi oleh sejarawan Indonesia. Sudah seharusnya kritik sejarah digunakan dengan baik dan benar dalam penulisan sejarah Indonesia.

Jadi, historiografi Indonesiasentris merupakan sebuah penulisan sejarah dengan sudut pandang pribumi yang seharusnya mengedepankan penulisan sejarah yang kritis dengan menempatkan rakyat sebagai pelaku sejarah tanpa egosentrisme yang berujung pada ultranasionalisme.

B. Letak Kegagalan Historiografi Indonesiasentris

Dimana sebenarnya letak kegagalan historiografi Indonesiasentris? Setelah mengetahui definisi dari historiografi Indonesiasentris maka akan terlihat dimana letak kegagalan historiografi Indonesiasentris. Berdasarkan pengertian dari historiografi Indonesiasentris, yang artinya adalah penulisan sejarah yang bersudut pandang pribumi yang seharusnya mengedepankan penulisan sejarah yang kritis dengan menempatkan rakyat sebagai pelaku sejarah tanpa egosentrisme yang berujung pada ultranasionalisme maka banyak karya-karya sejarawan Indonesia yang terkategori sebagai historiografi Indonesiasentris ini.

Rakyat
Banyak bagian penting yang telupakan dalam penulisan sejarah Indonesia. Sejarawan seringkali lupa akan hal yang terpinggirkan dalam historiografi kolonial. Hal yang terpinggirkan dalam historiografi kolonial adalah peran rakyat dalam sejarah. Berangkat dari definisi historiografi Indonesiasentris, penempatan rakyat sebagai subjek atau pelaku sejarah dalam historiografi Indonesiasentris merupakan suatu keharusan.

Permasalahan yang kemudian timbul adalah definisi rakyat dalam penulisan sejarah Indonesia selama ini masih sangat sempit. Dalam perjalanan penulisan sejarah Indonesia, sebagian besar karya sejarah para sejarawan Indonesia masih berkutat dalam hal-hal yang “istimewa” atau “luar biasa” seperti tokoh-tokoh besar atau pun peristiwa-peristiwa yang besar, sedangkan hal-hal yang “biasa” tidak mendapatkan tempat dalam penulisan sejarah.

Pencurian
Pengertian hal “biasa” adalah semua hal di luar tokoh-tokoh atau peristiwa-peristiwa besar. Penempatan rakyat sebagai pelaku sejarah tidak dilakukan sepenuhnya. Selama ini hal-hal yang terjadi dalam masyarakat pribumi prakolonial, kolonial maupun pascakolonial selalu dikait-kaitkan dengan pihak kolonial.

Pengaitan itu secara sadar atau tidak telah memungkiri peran pribumi. Contohnya konflik yang terjadi antar golongan pribumi selalu dikaitkan dengan pihak kolonial hal ini berarti golongan pribumi selalu statis dan selalu menjadi objek dan menempatkan pihak kolonial sebagai subjek, hal ini menjadikan penulisan sejarah Indonesia seolah-olah Indonesiasentris tetapi secara tidak sadar masih kolonialsentris.

Di samping memungkiri peranan pribumi, penulisan sejarah Indonesia selama ini hanya mengangkat sejarah tokoh-tokoh atau peristiwa-peristiwa besar saja. Peranan wanita tidak pernah dibahas, membuat sejarah ini terkesan hanya dimiliki oleh laki-laki, wanita tidak memiliki sejarah walaupun mereka mempunyai masa lalu.

Wanita
Hal tersebut semakin sempurna ketika sejarawan wanita pun hanya menuliskan sedikit sejarah mengenai peran wanita, selebihnya (tentu lebih banyak) mengenai peran laki-laki. Di samping peran wanita yang marginal peran anak-anak pun sulit ditemukan dalam karya-karya sejarawan Indonesia. Selain sejarah itu milik laki-laki, sejarah juga milik orang dewasa. Hal yang patut disayangkan adalah peran wanita dan anak-anak kemudian ditulis oleh sejarawan asing.

Realitas lain yang juga luput dari mata sejarawan adalah mengenai identifikasi sosio-kultural yang menfokuskan pada Islam, dicontohkan akibat dari fokus ini, Islamisasi pada masa VOC seolah tidak ada yang ada hanya lah kristenisasi. Namun pada faktanya islamisasi masih terus ada pada masa VOC dan masa pemerintahan Hindia Belanda.

Islam juga hanya dikaitkan pada sisi teologisnya saja, padahal islam diterima oleh masyarakat pribumi tidak hanya pada sisi teologisnya saja tetapi juga sisi politis. Hal serupa terjadi juga pada etnis Cina. Etnis Cina pun di marginalkan dan kaitannya dengan islam tidak pernah dijelaskan seolah-olah Cina dan Islam seperti air dan minyak. Namun, pada kenyataanya Cina berkaitan erat dengan Islam.

Cheng Ho - Muslim Cina
Jadi, letak kegagalan historiografi Indonesiasentris berada pada cara pandang dan pemaknaan mengenai historiografi Indonesiasentris sendiri. Dalam buku ini dijelaskan bahwa peranan pribumi belum terlihat sepenuhnya. Peranan wanita dan anak-anak belum digali lebih jauh dalam penulisan sejarah padahal keduanya berperan penting dalam sejarah Indonesia. Disamping itu marginalisasi islam dan Cina pun masih terjadi dalam penulisan sejarah Indonesia.

C. Jalan Baru Historiografi Indonesiasentris

Masa Lalu = Sejarah?
Apa yang ditawarkan buku ini? Historiografi Indonesiasentris hendaknya benar-benar Indonesiasentris. Peletakan pribumi sebagai pelaku sejarah seharusnya dilakukan dengan sepenuhnya. Perlunya perumusan kembali mengenai sumber nonkonvensional sebagai sumber sejarah sehingga dapat mengonsepikan kembali konsep sejarah itu sendiri, karena ketidakhadiran sesuatu di dalam teks dokumentasi tidak pernah dipahami sebagai sesuatu yang menyejarah.

Sejarawan pun diajak untuk mulai memikirkan serta merumuskan kembali konsepsi historiografi Indonesiasentris. Perguruan tinggi pun sudah seharusnya memberikan wawasan baru, substansi baru, dan mulai melakukan pembenahan terhadap kurikulum yang dipakai selama ini.

Semua ini dilakukan dengan harapan sejarawan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi mampu memahami masa kini dan masa depan masyarakat dengan melakukan rekonstruksi masa lalu yang mendekati objektivitas. Artinya sejarawan harus mampu menghasilkan karya sejarah yang berfungsi sebagai kritik sosial bukan sebagai pembenaran atau hanya mampu berdialog dengan dirinya sendiri.

Kesimpulan

Historiografi Indonesiasentris perlu untuk dirumuskan kembali. Banyak hal dalam historiografi indonesiasentris yang sebenarnya belum indonesiasentris, belum menempatkan pribumi sebagai pelaku sejarah sepenuhnya. Wanita, anak-anak, konflik internal, islam,dan Cina contohnya, semuanya masih belum nampak jelas dalam karya-karya sejarawan Indonesia. Disamping itu karya-karya sejarawan Indonesia sudah seharusnya tidak menjadi konsumsi pribadi melainkan menjadi konsumsi masyarakat demi masa depan yang lebih baik.

Daftar Sumber :
Purwanto, Bambang. 2006.
Gagalnya Historiografi Indonesiasentris!?. Yogyakarta: Ombak.

Sumber Gambar:
Gagalkah?
http://felnix.deviantart.com/ 

Bung Karno
http://nashir1992.blogspot.com/

Rakyat
http://vgsiahaya.wordpress.com/

Pencurian
http://www.wakrizki.net/

Wanita
http://ngerumpi.com/

Cheng Ho - Muslim Cina
http://un2kmu.wordpress.com/


Masa Lalu = Sejarah?
http://www.chilloutpoint.com/

No comments:

Post a Comment