Monday, May 14, 2012

MEMASYARAKATKAN SEJARAH

Memasyarakatkan Sejarah

Sejarah
Ilmu sejarah adalah ilmu kemanusiaan (humaniora) yang menurut Saya secara tidak sadar diekslusifkan oleh masyarakat, terutama oleh sebagian besar generasi muda bangsa ini. Tak heran rata-rata jurusan ilmu sejarah di setiap universitas yang membukanya memiliki mahasiswa yang bisa dikatakan sedikit. Hal ini terjadi karena banyak anggapan dari sebagian generasi muda kita bahwa ilmu sejarah itu berkaitan dengan buku-buku tebal dan semua itu harus dihapalkan. 


Saya rasa anggapan tersebut terus mengendap dalam memori kolektif masyarakat sehingga mengakibatkan ilmu sejarah peminatnya sedikit. Dapat dikatakan bahwa bangsa ini mengalami amnesia sejarah atas kehendaknya sendiri baik secara sadar maupun tidak sadar sehingga banyak orang yang berbicara sejarah tanpa tahu apa sejarah itu dan metodenya seperti apa.

Amnesia Sejarah
Bukti nyata bahwa bangsa ini mengekslusifkan ilmu sejarah adalah tulisan Herman Ibrahim, yang berani mengatakan bahwa sejarawan merupakan ilmu yang tidak ilmiah dan sejarah bergantung kepada penguasa. Selain itu Herman Ibrahim pun mengatakan dalam tulisannya yang berjudul “Kezaliman Dalam Penulisan Sejarah Islam” bahwa penulisan sejarah yang paling dirugikan dan terzalimi adalah penulisan sejarah islam. 

Tulisan Herman Ibrahim tadi secara resmi ditanggapi oleh sejarawan Reiza D. Dienaputra dalam tulisannya yang berjudul “Membuat Bangsa ini Melek Sejarah”. Dalam tulisannya Reiza D. Dienaputra secara sistematis menjelaskan apa itu sejarah dan bagaimana metode sejarah sehingga ilmu sejarah bisa dikatakan ilmiah. Tulisan  Reiza D. Dienaputra patut diperhatikan secara mendalam, karena benar-benar memberikan pengetahuan mengenai ilmu sejarah yang sama sekali belum diketahui oleh masyarakat awam.

Pikiran Kolektif
Membaca dua artikel tadi, memantapkan anggapan bahwa ilmu sejarah memang diekslusifkan dan terlebih lagi dikambinghitamkan oleh masyarakat. Tulisan dari Herman Ibrahim tadi tidak dapat disalahkan, karena fenomena amnesia sejarah terus mengendap dalam pikiran kolektif masyarakat tetapi di sisi lain masyarakat mulai mencari jejak masa lalunya. 

Keadaan ini sangat timpang yang mengakibatkan lahirnya orang-orang yang berbicara mengenai sejarah tanpa didasari oleh ilmunya, hal ini juga mungkin saja terjadi pada disiplin ilmu yang lain. Tulisan yang menerangkan Ilmu sejara dari Reiza D. Dienaputra, benar-benar dibutuhkan dalam kondisi ini. Para sejarawan sudah seharusnya mampu menjelaskan sejarah secara lebih ringkas dengan bahasa yang sederhana sehingga mampu mengubah pandangan masyarakat mengenai ilmu sejarah.

Pengekslusifan yang dilakukan oleh masyarakat secara sadar harus bisa dihilangkan karena sejarah,pada faktanya tidak hanya berbicara mengenai buku dan hapalan. Banyak hal-hal menarik dari sejarah yang mungkin menjadi korban anggapan negatif masyarakat. Kembali kepada artikel tadi, Herman Ibrahim adalah orang yang tertarik dengan sejarah, dan sayangnya ketertarikannya ini tidak dibarengi dengan ilmu yang menjadi inti dari ilmu sejarah sehingga dalam tulisannya terkesan emosional dan terburu-buru dalam menarik kesimpulan dan terkesan memukul rata karya sejarah dan sejarawan. 

Ahmad Mansur Suryanegara,
Salah Satu Sejarawan yang Peduli kepada Sejarah Islam Indonesia
Dalam tulisannya, memang benar bahwa sejarah Islam didiskreditkan dalam penulisan sejarah nasional tetapi jika kita peka terhadap perkembangan Islam, sebenarnya sudah banyak buku-buku yang mejelaskan mengenai sejarah Islam di Indonesia yang berusaha untuk meluruskan distorsi yang dilakukan oleh penguasa.

Benar apa yang ditulis oleh Reiza D. Dienaputra bahwa sejarawan tidak diam, dan rekonstruksi sejarah bisa dikatakan sangat dinamis, semua itu bergantung pada sumber, apabila ditemukan sumber baru yang lebih kuat maka sejarawan harus menggunakan sumber itu karena sejarawan menjunjung objektivitas. 

Dalam merekonstruksi masa lampau seorang sejarawan dalam buku pengantar ilmu sejarah karangan Kuntowijoyo seperti sedang menyusun batang korek api, susunan apa yang disusunnya itulah historiografi, sehingga dapat dikatakan bahwa sumber yang sama bisa menghasilkan rekonstruksi yang berbeda-beda tergantung kepada siapa yang menulisnya.

Sejarah tidak bisa berangkat dari sesuatu yang kepastiannya diragukan (contoh: katanya…). Hal ini sangat dihindari karena menimbulkan subjektivitas. Begitu pula dengan sejarah Islam di Indonesia, memang pelajaran sejarah dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas sedikit sekali menyinggung mengenai Islam. Hal itu mungkin disebabkan oleh kurangnya karya-karya penulis nasional dalam menulis sejarah Islam atau memang sengaja ditiadakan oleh penguasa.

Kesederhanaan
Pemahaman-pemahaman yang disebut dalam paragraf sebelumnya hendaknya secara berkala dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan ringkas mulai diperkenalkan pada masyarakat.  Dengan harapan masyarakat setidaknya mengetahui gambaran mengenai sejarah dan apa yang dikerjakan oleh sejarawan serta bagaimana sejarawan bekerja, sehingga membuat ilmu sejarah menjadi ilmu yang memasyarakat dan tidak lagi diekslusifkan.

Kesimpulannya, masyarakat Indonesia mayoritas tidak memahami sejarahnya sendiri, hal ini harus segera ditanggulangi dengan cara memasyarakatkan sejarah. Langkah nyatanya adalah, penyampaian sejarah haruslah dilakukan dengan ringkas serta menggunakan bahasa-bahasa yang biasa digunakan oleh masyarakat setiap harinya. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengakrabkan sejarah dengan masyarakat.

3 Maret 2009

Sumber Gambar:
Sejarah
http://www.readingpl.org/

Amnesia Sejarah
http://bundamahes.wordpress.com/

Pikiran Kolektif

Ahmad Mansur Suryanegara; Salah Satu Sejarawan yang Peduli kepada Sejarah Islam Indonesia

Kesederhanaan

No comments:

Post a Comment