Wednesday, May 9, 2012

METODE SEJARAH DAN SEJARAH LISAN

Metode Sejarah dan Sejarah Lisan


Arti Kata

Untuk memahami metode sejarah kita harus mengetahui terlebih dahulu pengertian kata metode dan kata sejarah. Metode dapat diartikan sebagai prosedur yang sifatnya sistematis kemudian sejarah berarti rekonstruksi masa lampau. Jadi, pengertian metode sejarah adalah seperangkat prosedur yang sistematis untuk merekonstruksi masa lampau.

Berdasarkan pengertian metode sejarah, maka sudah dapat dipahami bahwa metode sejarah memiliki tahap-tahap pekerjaan yang harus dilalui oleh sejarawan dalam merekonstruksi masa lampau. Terdapat empat tahapan dalam metode sejarah, yaitu :


1. Heuristik 

Pencarian Sumber
Tahap ini merupakan tahap pertama yang harus dilakukan dalam merekonstruksi masa lampau. Sumber-sumber itu tidak datang dengan sendirinya oleh karena itu, sumber harus dicari dan dikumpulkan. Ketika kita akan merekonstruksi masa lampau, kita harus melakukan pencarian sumber, dalam pencarian sumber perlu diketahui mengenai jenis-jenis sumber. 

Sumber dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber tertulis (dokumen, arsip, surat, buku, koran), sumber benda (foto, makam, mesjid), dan sumber lisan. Berdasarkan asal-usulnya, sumber dapat dibagi menjadi tiga (dua yang utama), yaitu sumber primer (pelaku, saksi), sumber sekunder (orang yang tidak sezaman dengan peristiwa), dan sumber tersier (karya ilmiah).

Penelusuran sumber-sumber ini dapat dilakukan di tempat yang memungkinkan seperti, perpustakaan, arsip nasional/daerah, museum, dan dokumen pribadi atau lembaga. Tentu saja, sumber yang dicari di tempat-tempat tersebut harus berkaitan dengan masa lampau yang hendak direkonstruksi.

2. Kritik

Tahap berikutnya adalah kritik atau pemilahan sumber. Sumber yang dicari dan dikumpulkan kemudian dipilah. Ada dua aspek yang harus dilihat dari sebuah sumber ketika sumber itu akan dipilah. Pertama, adalah kritik eksternal atau pemilahan berdasarkan keaslian sumber. 

Seleksi
Penentuan keaslian sumber, dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti melihat material sumber tersebut apakah sesuai dengan zamannya atau tidak, jika sesuai maka sumber tersebut kemungkinan besar merupakan sumber asli. Kedua adalah kritik internal atau pemilahan berdasarkan kredibilitas (tingkat kepercayaan). Pemilahan ini dapat dilakukan dengan menentukan kemauan dan kemampuan sumber dalam menyampaikan kebenaran. Jadi, dalam pemilahan kredibilitas harus dilihat dari kompetensi dan kejujuran sumber.

3. Interpretasi

Muklti Tafsir
Setelah sumber dikumpulkan dan dipilah, langkah selanjutnya adalah menafsirkan sumber. Namun, sebelumnya sumber yang telah dikumpukan dan dipilah harus mendapat dukungan dari sumber lain atau koroborasi, sehingga sumber tersebut menjadi fakta sejarah. 

Setelah ditemukan fakta sejarah, kemudian ditafsirkan sehingga setiap fakta yang ada akan terangkai dalam suatu cerita utuh yang sudah tentu kronologis. Perlu dipahami juga, penafsiran yang dilakukan dalam tahap ini tidak bebas tetapi harus sesuai dengan fakta lain yang ada.

4. Historiografi

Inilah tahap terakhir dalam metode sejarah, yaitu historiografi. Pada tahap ini, setiap fakta yang telah ditafsirkan kemudian dirangkai menjadi suatu kesatuan utuh. Hal yang harus diperhatikan adalah urut-urutan waktu kejadian. Dalam historiografi, urut-urutan waktu kejadian menjadi suatu keharusan sehingga karya yang dihasilkan sejarawan itu rapi, sesuai dengan urutan waktu tidak acak-acakan.

Perhitungan
Perlu diketahui, sebelum memulai penelitian sejarah sekaligus penggunaan metode sejarah, topik permasalahan wajib adanya. Pemilihan topik sendiri harus melalui berbagai pertimbangan, tidak bisa asal-asalan. Pertama yang harus dipertimbangkan adalah jangkauan kemampuan (manageable topic) meliputi kemampuan intelktual, biaya, dan waktu. 

Kedua, ketersediaan sumber (obtainable topic), topik yang dipilih sudah seharusnya mempertimbangkan sumber-sumbernya, tidak ada sumber topik sebagus apapun akan percuma. Ketiga, pentingnya topik tersebut diangkat, apakah pengguna hasil penelitian ini akan mendapatkan solusi terhadap masalah mereka?, apakah hasil penelitian nantinya menjadi konsumsi masyarakat atau hanya kalangan intelektual? 

Pertanyaan-pertanyaan tadi dan sejenisnya harus dijawab sebagai pertimbangan dalam pemilihan topik. Terakhir adalah menarik tidaknya topik tersebut untuk diteliti? Penentuan menarik tidaknya suatu topik untuk diteliti kembali lagi kepada penelitinya, karena penelitilah yang akan menjalankan penelitian atas topiknya itu.

Rangkuman Buku Sejarah Lisan; Konsep dan Metode

Wawancara
Sejarah lisan memiliki pengertian sebagai peristiwa-peristiwa sejarah terpilih yang terdapat di dalam ingatan hampir setiap individu manusia. Sejarah lisan, berkaitan erat dengan manusia dan ingatannya. Tidak ada sejarah lisan tanpa ingatan manusia, begitu pula sebaliknya. Hal penting yang penting untuk diketahui adalah, perbedaan antara sejarah lisan dengan tradisi lisan. 

Sejarah lisan merupakan rekonstruksi visual atas peristiwa yang pernah telah tejadi yang terdapat di dalam ingatan setiap individu manusia. Sedangkan, tradisi lisan merupakan kesaksian lisan yang disampaikan secara lisan turun temurun kontennya bukan merupakan peristiwa sejarah yang benar-benar terjadi, bisa berupa tradisi masyarakat. Sejarah lisan ini bisa merupakan sumber primer jika disampaikan oleh pelaku atau saksi, atau sumber sekunder jika bukan oleh pelaku atau saksi tetapi orang yang mengtahui suatu peristiwa.

Terdapat tiga langkah kerja, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pembuatan indeks dan transkripsi. Berikut adalah penjelasan singkatnya :

1. Tahap persiapan

Tahap ini merupakan tahap awal dari tiga tahapan sejarah lisan. Pada tahapan ini, kegiatan yang harus dilakukan peneliti adalah, menentukan topik yang menarik, dan sesuai dengan kemampuan peneliti, kemudian setelah topik dipilih, peneliti menentukan pemahaman masalah bisa dengan studi pustaka atau melalui internet sebagai pengetahuan awal sebelum meneliti. Langkah selanjutnya adalah perumusan masalah, setelah pejajakan awal, maka dibuat kerangka permasalahan yang akan diteliti yang diwujudkan dalam kendali wawancara atau daftar pertanyaan.

Tentukan Waktu!
Langkah selanjutnya adalah mencari narasumber dan membuat daftar narasumber. Setelah memiliki daftar narasumber untuk diseleksi. Setelah diseleksi, saatnya membuat janji dengan narasumber mengenai kapan dan dimana wawancara akan dilakukan, sebelumnya pengenalan lapangan sangat penting demi hasil wawancara yang baik, selain itu pengenalan alat rekam juga menentukan kualitas rekaman.

2. Tahap pelaksanaan

Sebelum memulai wawancara, peneliti diharuskan untuk membuat label wawancara. Label wawancara meliputi, nama pengkisah, nama pewawancara, tanggal dan tempat wawancara, waktu wawancara dan topik atau judul penelitian.  Setelah label dibuat, maka wawancara dapat dilaksanakan. Pertama adalah pembukaan, sebelum mengajukan pertanyaan ini, ada baiknya dilakukan pembukaan yang baik dengan misalnya menanyakan kabar pengkisah atau pertanyaan-pertanyaan umum lainnya. Tujuannya adalah untuk menimbulkan suasana keakraban diantara pengkisah dengan pewawancara, sehingga diharapkan pengkisah nyaman dengan wawancara tidak seperti diinterogasi.

Dalam melakukan wawancara, pewawancara juga harus memiliki catatan kecil untuk menulis pertanyaan-pertanyaan baru yang akan ditanyakan sesuai dengan jawaban pengkisah. Pertanyaan ini akan membuat wawancara semakin luas. Setelah semua pertanyaan dijawab dan tidak ada pertanyaan baru, maka wawancara ditutup. Wawancara hendaknya tidak lebih dari satu setengah jam, karena lebih dari itu wawancara akan tidak lagi kondusif. Wawancara diakhiri dengan label penutup sama seperti label pembuka tetapi tentu jamnya akan berbeda. Setelah label selesai, surat penyataan harus ditandatangani oleh pengkisah sebagai bukti bahwa wawancara benar-benar telah dilakukan.

3. Tahap pembuatan indeks dan transkripsi

Indeks dibuat untuk mempermudah penggunaan hasil sejarah lisan. Indeks sama halnya dengan daftar isi pada sebuah buku. Disamping itu, transkripsi juga perlu dibuat untuk memudahkan penggunaan hasil sejarah lisan, Tujuannya untuk membuat orang lain atau pengguna hasil sejarah lisan dapat menggunakannya dengan musah. Oleh karena itu, transkripsi dilakukan sesuai dengan apa yang terdengar dalam alat perekam.

Daftar Sumber :
Dienaputra, Reiza D.2006.
Sejarah Lisan; Konsep dan Metode. Bandung: Minor Books.

Herlina, Nina.2008.
Metode Sejarah. Bandung: Satya Historika.

Sumber Gambar:
Arti Kata


Seleksi

Multi Tafsir

Perhitungan

Wawancara

Temukan Waktu!

No comments:

Post a Comment